Filososi Pendidikan Ki Hajar Dewantara mengajarkan kepada kita sebagai guru untuk senantiasa memperhatikan kodrat siswa. Mengibaratkan diri kita sebagai petani yang akan menanam beragam bibit tanaman. Kita tidak bisa mengubah bibit jagung untuk tumbuh menjadi mangga atau bibit mawar untuk tumbuh menjadi padi. Satu-satunya yang dapat kita lakukan adalah mencoba menumbuhkembangkan bibit-bibit tersebut dengan baik sehingga menjadi tanaman berkualitas. Nah, begitu pulalah dengan peran kita sebagai guru kepada anak didik kita. Kodrat siswa yang dimiliki tidak dapat kita ubah, namun kita dapat memaksimalkan potensi terbaik dalam dirinya. Sementara setiap anak itu memiliki potensi yang beragam. Setiap anak memiliki kebutuhan belajar yang berbeda agar dapat memaksimalkan potensi dirinya.
Sebagai contoh, pernahkan bapak dan ibu guru melihat bahwa di dalam satu kelas terdapat seorang anak inklusif? Jika ada, apakah bapak dan ibu akan memperlakukan siswa tersebut sama seperti siswa lainnya? tentu tidak bukan. Bapak ibu pastinya akan melakukan pembelajaran yang berbeda antara siswa inklusif tersebut dengan siswa lainnya. Apakah kita yakin siswa siswi lainnya pun sama potensinya? Ataukah berbeda?
Pernahkah bapak dan ibu mendiskusikan tentang kondisi suatu kelas dengan beberapa guru? Atau pernahkah bapak dan ibu memperhatikan nilai rapor siswa di semester sebelumnya? Melakukan apersepsi sebelum memulai pembelajaran? Pasti pernah melakukannya!
Nah, semua yang bapak dan ibu guru lakukan sebenarnya merupakan bagian dari pemetaan siswa dalam pembelajaran berdiferensiasi. Apakah sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi itu sendiri?
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan individu siswa sehingga guru dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat sesuai hasil pemetaan kebutuhan siswa. Mengapa pembelajaran berdiferensiasi ini diangggap penting? Salah satu tujuannya adalah agar siswa dapat menemukan potensi terbaiknya sehingga mampu belajar secara maksimal. Jika pilihan strategi pembelajaran yang dilakukan sesuai kebutuhan siswa maka hasilnya pun baik. Selama ini kita seringkali menyamaratakan kondisi setiap siswa dalam melakukan penilaian. Inilah yang menjadi penyebab mengapa hasil belajar pada beberapa anak masih saja kurang, padahal guru sudah berusaha keras.... Namun ingatlah bahwa usaha tersebut harus sesuai kebutuhannya pula.
Secara umum, terdapat 7 alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi itu penting untuk kita praktikan bersama di kelas. Pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi ditengah sistem PPDB yang membuat keberagaman siswa semakin menarik. Beberapa alasan tersebut dapat kita jabarkan seperti berikut ini.
- Pembelajaran berdiferensiasi bersifat proaktif. Hal ini disebabkan seorang guru akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan siswa dari hasil pemetaan tersebut. Guru akan secara proaktif mencari model pembelajaran yang sesuai untuk setiap kelompok siswa.
- Pembelajaran berdiferensiasi mengutamakan kualitas, bukan kuantitas. Ingat, melakukan diferensiasi dalam pembelajaran bukan berarti membeda-bedakan jumlah tugas atau soal yang harus dikerjakan siswa karena menganggap kemampuan siswa berbeda-beda. Memberikan soal yang dibedakan jumlahnya tetap saja akan membuat siswa kelompok tertentu tertekan. Guru harus kreatif untuk membuat penilaian yang berbeda dalam setiap kelompok tersebut.
- Pembelajaran berdiferensiasi menekankan pada penilaian berkelanjutan. Dalam hal ini, guru sudah melakukan penilaian sepanjang proses pembelajaran, bukan hanya di akhir pembelajaran saja. Pembelajaran berdiferensiasi menekankan pada proses pembelajaran. Dengan demikian, guru harus tetap melakukan analisis diagnostik siswa agar setiap perkembangan siswa dirasakan.
- Pembelajaran berdiferensiasi menggunakan pendekatan konten. proses, dan produk. Baik guru dan siswa akan melakukan diferensiasi ketiganya. Ingatkah ketika guru mengajar menggunakan tayangan video, PPT, ataupun flyer maka sebenarnya yang sedang terjadi adalah diferensiasi konten. Begitu juga ketika guru memilih menggunakan aplikasi gmeet, google classroom, dan grup wa dalam proses pembelajaran yang artinya kita sudah melakukan diferensiasi proses. Dan ketika kita memberikan kemerdekaan kepada siswa untuk membuat tugas akhirnya dalam beragam bentuk maka artinya diferensiasi produk sudah dilakukan. Siswa akan memilih sesuai minat mereka.
- Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada siswa. Hampir pada semua Kurikulum menegaskan bahwa subjek sekaligus objek dalam pemebelajaran itu adalah murid. Guru hanya membimbing ketika siswa mendapat kesulitan dalam belajar.
- Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual. Benar sekali.... Pembelajaran berdiferensiasi akan mendorong siswa untuk saling berkolaborasi, bukan hanya sekarang tapi terus berkelanjutan, mulai dari teman sekelas, bahkan antarkelas.
- Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis. Pembelajaran berdiferensiasi tidaklah berlaku baku. Seperti halnya kondisi siswa yang dapat saja berubah maka pembelajaran berdiferensiasi pun bersifat dinamis sesuai analisis diagnostik berkelanjutan yang dilakukan.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang benar-benar baru bagi seorang guru. Namun kita, diminta untuk lebih berani mempraktikan diferensiasi tersebut dalam kegiatan pembelajaran, termasuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi dakam RPP kita sendiri. Tuliskanlah bagaimana bapak dan ibu melakukan pemetaan siswa sebelum memulai pembelajaran dan apa yang bapak ibu rencanakan dari hasil pemetaan tersebut.
Bagi guru-guru yang sudah berada di zona nyaman, tentu pembelajaran berdiferensiasi merupakan sesuatu yang memberatkan. Lelah ketika harus merancang media pembelajaran yang berbeda-beda, rumit ketika harus membuat penugasan yang beragam berikut rubrik penilaiannya. Namun, bagi kita guru pembelajar, hal ini menjadi tantangan bagi kita semua. Pembelajaran berdiferensiasi mendorong kita untuk lebih giat meningkatkan kompetensi diri sebagai guru. Tak segan mempelajari beragam aplikasi, mengikuti pelatihan dan webinar, melakukan diskusi dengan rekan guru.
Salam guru penggerak
Salam merdeka belajar
Referensi:
Modul 2 Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Kota Bogor