Selasa, 05 April 2022

KONEKSI ANTARMATERI : COACHING DI ANTARA PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Di awal April ini, modul 2 dalam Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4 Kota Bogor sudah berakhir. Dan seperti biasa, pada akhir sesi kita akan melakukan koneksi antarmateri dari setiap materi yang ada di modul 2 ini. Terdapat 3 bagian pokok materi yang dipelajari dalam modul 2, yaitu Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial Emosional, dan Coaching. Apakah ketiganya memiliki keterkaitan? Perlukah seorang guru memahami teknik coaching? Seberapa penting coaching bagi seorang guru dalam menjalankan perannya?  .


Alur merdeka Pendidikan Guru Penggerak bukan hanya memiliki pola pembelajaran yang menarik, namun juga mengajarkan kepada kita bahwa setiap materi memiliki keterkaitan, benang merah sehingga jika kita hanya memahami setiap materi secara lepas satu persatu maka akan kesulitan menemukan makna dan tujuan sebenarnya dari belajar materi-materi tersebut. Mari kita coba telusuri satu persatu keterkaitan materi tersebut

Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan materi pertama dalam modul 2 yang berkaitan langsung dengan tugas seorang guru sebagai pengajar dan pendidik. Di sini kita akan kembali diingatkan bahwa setiap anak memiliki kodrat masing-masing sehingga ketika mengajar di kelas, keberagaman siswa tersebut harus diperhatikan agar potensi maksimal mereka keluar dan mencapai hasil terbaik. Banyak guru berpandangan bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi akan merepotkan mereka dalam menjalankan tugasnya dengan keharusan membuat beragam media pembelajaran dan rubrik penilaian. Ada juga yang mengkhawatirkan dengan jumlah siswa akan mempengaruhi diferensiasi yang kita buat. Tentu saja tidak demikian. Pembelajaran Berdiferensiasi bukanlah membuat diferensiasi tanpa dasar yang jelas, sebaliknya kita memperhatikan diferensiasi berdasarkan pemetaan yang sudah jelas aturannya, yaitu berdasarkan kesiapan belajar siswa, minat siswa, dan profil belajar siswa. Jumlah siswa tidak akan berpengaruh karena kita sudah menentukan dasar pemetaan tersebut dan hasilnya akan kita gunakan untuk mengelompokkan mereka dan menyusun strategi pembelajaran yang tepat.

Pembelajaran Berdiferensiasi menjadi kunci utama keberhasilan pembelajaran di kelas jika dilakukan dengan tepat. Selain itu, Pembelajaran Berdiferensiasi juga akan mampu mendorong guru untuk lebih kreatif dalam menciptakan media ajar yang dapat mengakomodir keberagaman siswa tersebut. Ingatkah bahwa kita tidak dapat memaksakan seekor kera untuk dapat berenang seperti halnya ikan di lautan ataupun memaksa gajah untuk dapat terbang seperti layaknya burung merpati. Setiap anak dengan kodrat masing-masing memiliki potensinya yang harus kita tebalkan agar dapat maksimal sesuai dengan kodrat alam dan jamannya. Demikian, pembelajaran pun akan berjalan efektif.

Bagaimana dengan Pembelajaran Sosial Emosional? Berbeda dengan Pembelajaran Berdiferensiasi yang jelas dilakukan dalam kelas, melalui kegiatan pembelajaran maka Pembelajaran Sosial Emosional dapat dilakukan diluar kelas melalui proses pembimbingan ataupun terintegrasi dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran Sosial Emosional menanamkan kompetensi-kompetensi yang diperlukan siswa untuk dapat bertahan menghadapi masalah dan menemukan solusinya. Hal ini penting sebagai salah satu keterampilan Abad 21. Kompetensi-kompetensi Pembelajaran Sosial Emosional seperti Keterampilan Kesadaran Diri, Keterampilan Pengelolaan Diri, Keterampilan Komunikasi yang Memberdayakan, Keterampilan berelasi, hingga Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab tidak dapat kita lakukan semuanya di dalam kelas. Kita akan menyisipkan Pembelajaran Sosial Emosional ini dalam Pembelajaran Berdiferensiasi ataupun ketika melakukan pembimbingan di luar kelas.

Mengapa Pembelajaran Sosial Emosional ini penting? Manakah yang lebih penting jika dibandingkan dengan Pembelajaran Berdiferensiasi? Keduanya sama-sama penting. Saya percaya bahwa kesuksesan seseorang bukan hanya dilcapai melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas saja, tetapi juga kita harus memperhatikan kondisi sosial emosional siswa. Sebagai contoh, dalam kondisi Pembelajaran Jarak Jauh pastinya kita menemukan beberapa siswa yang 'menghilang' tanpa kabar. Jarang mengikuti virtual meeting melalui zoom atau gmeet dan tidak mengerjakan tugas-tugasnya dalam LMS. Dengan kondisi tersebut, dapatkah kita langsung memberikan penilaian nol kepada siswa? Tentu tidak. Kita perlu mencari tahu alasan, faktor dibalik sikap tersebut. Boleh jadi kondisi di rumah anak tersebut yang tidak kondusif, anak tidak memiliki perangkat ataupun kuota. Disinilah kita sebagai guru harus mampu mengontrol emosi diri dan memberikan pelayanan terbaik kepada siswa siswi.

Bagaimana dengan Pembelajaran Sosial Emosional dalam Pembelajaran Berdiferensiasi di kelas? Ini lebih baik lagi. Kita dapat merencanakan kegiatan pembelajaran yang mendukung munculnya keterampilan Pembelajaran Sosial Emosional ini. Misalnya dalam penugasan berkelompok, guru membimbing agar keterampilan itu dapat muncul. Bagaimana guru mengingatkan selalu tentang makna,pembelajaran, mendorong siswa percaya diri untuk tampil di muka kelas,  bekerja secara efektif dalam kelompoknya, berani memutuskan media presentasi yang akan digunakan sesuai minat mereka. Guru juga dapat melakukan beragam teknik di tengah pembelajaran untuk membuat siswa kembali fokus dengan kegiatan pembelajaran dengan teknik STOP yang ditampilkan sebagai ice breaking. Dengan demikian, adanya Pembelajaran Sosial Emosional ini akan memberikan kenyaman belajar bagi siswa siswi. Menumbuhkan kesadaran penuh atau mindfullness bagi mereka bahwa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti ini adalah baik untuk masa depan sehingga mereka akan mengikutinya dengan penuh tanggung jawab pula. 

Nah, dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa Pembelajaran Berdiferensiai yang diikuti pula dengan Pembelajaran Sosial Emosional akan semakin memaksimalkan potensi anak untuk dapat berkembang meraih kesuksesan. Kita tidak boleh hanya memperhatikan fisik kegiatan pembelajaran saja, tapi perhatikan pula kondisi psikis siswa siswi kita agar nyaman belajar dan meraih mindfullness.

Bagaimana dengan COACHING? Perlukah guru memiliki kemampuan coaching ini? Jawabannya tentu saja sangat perlu. Coaching bukan hanya milik guru BK saja. Coaching juga berbeda dengan konselor yang akan memberikan solusi dari permasalahan seseorang, bukan juga mentor yang akan memberikan petunjuk, teknik, cara-cara mencapai kesuksesan, penyelesaian masalah. Coaching adalah kemampuan untuk menggali potensi diri seseorang sehingga mereka akan mampu menghadapi dan menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya itu. Jelas bukan perbedaannya?

Guru sebagai coaching adalah hal yang mutlak diperlukan. Dalam Pembelajaran Sosial Emosional, kita diminta untuk melakukan pembimbingan secara sosial emosional bukan? Mendorong munculnya keterampilan-keterampilan dalam PSE, salah satunya adalah pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Nah, inilah yang dapat kita lakukan untuk membantu siswa mengambil keputusan bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahannya. Caranya?

Dalam coaching, guru harus mampu memberikan pertanyaan-pertanyaan asertif, reflektif, dan komunikatif. Ini yang perlu kita pelajari sehingga ketika guru melakukan coaching, pertanyaan yang diajukan pun tidak melebar kemana-mana atau justru tidak bermakna. Guru sebagai coaching harus dapat menemukan pertanyaan terkait APA, SIAPA, KAPAN, DIMANA, dan BAGAIMANA. Umpan ablik dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mendorong siswa untuk menemukan solusi dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab mengenai solusi permasalahannya itu.


Salah satu model dalam teknik coaching ini adalah TIRTA dengan langkah-langkah sebagai berikut>

1. Tetapkan tujuan. Guru dalam pertemuan dengan coachee untuk melakukan coaching harus memiliki tujuan yang jelas agar percakapan selanjutnya terarah dan fokus.

2. Identifikasi permasalahan yang dihadapi siswa. Ajukan beberapa pertanyaan untuk mengidentifikasikan permasalahan tersebut. Boleh jadi permasalahan sebenarnya tidak terlihat sehingga siswa harus diidentifikasi dulu, digali lebih mendalam dengan pertanyaan sehingga mampu menemukan penyebab sebenarnya dari permasalahan tersebut.

3. Rencanakan Aksi adalah hal penting yang harus coach lakukan bersama coachee. Ingatlah agar perencanaan aksi ini bukanlah dari kita sebagai coach, tetapi kita dapat memberikan pilihan alternatif agar coachee dapat memilih.

4. Tanggung Jawab adalah bagian akhir dari model coaching TIRTA yang akan menunjukkan komitmen coachee untuk menjalankan pilihannya. 


Ketika seorang guru sebagai coach mampu menjalankan perannya maka guru tersebut sudah membantu siswa menyingkirkan 'sumbatan' dalam permasalahan yang dihadapinya. Ibarat air yang tersumbat sehingga tidak dapat mengalir lancar. Akibatnya tentu saja dapat menimbulkan masalah, seperti banjir. Akan tetapi ketika penyumbat itu terbuka maka air akan mengalir deras dan lancar. Inilah TIRTA, ketika siswa mampu membuka sumbatan dalam permasalahan yang dihadapinya dan mengalir mengembangkan potensi dirinya.

Bapak dan Ibu Guru hebat, sebagai seorang guru kita tidak boleh berhenti belajar. Pembelajaran semapanjang hayat sudah menjadi kewajiban kita. Perkembangan jaman yang semakin modern memerlukan kreativitas kita dalam mempersiapkan siswa siswi untuk siap terjun dalam masyarakat. Kolaborasi model pembelajaran sudah sewajarnya kita lakuka agar dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal.

Dalam koneksi antarmateri kali ini, kita telah menemukan bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa, namun ingatlah bahwa sebagai guru, kita harus memperhatikan kondisi sosial emosional anak juga. Banyak permasalahan muncul yang dapat menjadi penyumbat potensi siswa. Dan untuk melepaskan penyumbat tersebut kita memerlukan coaching yang baik sehingga siswa yang diibaratkan air dapat mengalir lancar deras untuk menggapai cita-citanya.

Salam Guru Penggerak untuk selalu Tergerak Bergerak dan Menggerakkan.





SaKaSaKu (Satu Kelas Satu Buku), Aksi Nyata Meningkatkan Budaya Literasi Siswa dengan Merdeka Belajar

 Salam Guru Penggerak! Tak terasa modul 3.3 dari Program Pendidikan Guru Penggerak sudah hampir selesai dipelajari. Tersisa dua penugasan la...