Senin, 11 Juli 2022

SaKaSaKu (Satu Kelas Satu Buku), Aksi Nyata Meningkatkan Budaya Literasi Siswa dengan Merdeka Belajar

 Salam Guru Penggerak!

Tak terasa modul 3.3 dari Program Pendidikan Guru Penggerak sudah hampir selesai dipelajari. Tersisa dua penugasan lagi yang masih harus kami, Guru Penggerak, lakukan, yaitu Aksi Nyata dan Berbagi Aksi Nyata dalam forum. Pada materi sebelumnya, kami sudah diberi penugasan untuk menyusun satu program ataupun kegiatan, baik secara intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikulur yang berdampak pada siswa. Artinya, visi dan tujuan program jelas untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para siswa. Adapun pengaruh terhadap murid tersebut bukan hanya jangka pendek (output) namun juga yang terpenting adalah pengaruh jangka panjang (outcome) yang tercermin dalam karakter, pengetahuan, dan keterampilan yang akan selalu mereka ingat dan lakukan.

Pada penugasan sebelumnya, saya menyusun kegiatan intrakurikuler yang bernama SaKaSaKu atau Satu Kelas Satu Buku. Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan intrakurikuler yang dapat dilakukan sebagai bagian dari penugasan dalam pembelajaran. Dapat dilakukan oleh mata pelajaran apa saja yang memiliki kesesuaian dalam materi dan penugasan sebagai salah satu bentuk penilaian akhirnya. Rubrik penilaian disiapkan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dengan pemahaman mteri yang dituangkan dalam karya berupa tulisan. Guru dapat berkolaborasi dengan matapelajaran lainnya yang sesuai ataupun melakukannya mandiri di mata pelajarannya sendiri.

FACT

Mengapa SaKaSaKu (Satu Kelas Satu Buku)? Ada beberapa alasan yang mendorong saya untuk merencanakan kegiatan SaKaSaKu bagi siswa sebagai berikut.

  1. Masih rendahnya rapor mutu sekolah untuk kemampuan literasi siswa. Hal ini juga tercermin dalam pemberian soal-soal yang cenderung membutuhkan kemampuan membaca artikel, namun siswa malas untuk membaca artikel sehingga tidak masimal dalam mengerjakannya. Model soal-soal HOTS, AKM, yang membutuhkan kemampuan berliterasi menjadi tantangan bagi siswa untuk lebih meningkatkan kemampuannya dengan baik.
  2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat (suara) dalam menyusun tema buku, memilih jenis karya yang akan ditampilkan (puisi, gambar, esai), dan kepemilikan murid karena mereka terlibat langsung dalam proses pelaksanaannya sehingga muncul sense of belonging, rasa memiliki terhadap program yang diikutinya. Hal ini sesuai dengan Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih dalam proses pembelajarannya dengan dibimbing oleh bapak dan ibu guru.
  3. Murid-murid SMAN 10 Bogor banyak juga yang memiliki hobi menulis, tetapi belum menemukan wadah untuk mengekspresikan hobi tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya Komunitas Literasi 10 yang menjadi wadah bagi setiap siswa dengan hobi berliterasi dan berkarya. Mereka menjadi pelopor gerakan literasi sekolah dan membantu teman-temannya untuk ikut serta mengembangkan kemampuan literasinya.  
  4. Dari hasil analisis karakteristik sekolah berdasarkan 7 aset yang dimiliki, program ini memiliki daya dukung yang cukup baik. SMAN 10 Bogor memiliki modal manusia, tenaga pendidik yang kompeten untuk melakukan kolaborasi membimbing murid-murid dalam menjalankan program ini. Beberapa guru Bahasa Indonesia tercatat sebagai Instruktur Nasional dan penulis buku ataupun media lainnya sehingga dapat membimbing dan memotivasi murid untuk berkarya.

Setelah menyusun rencana mengenai kegiatan tersebut, saya pun mulai menyampaikan ide tersebut kepada Waka Kurikulum Sekolah, Ibu Heni Yuliasari, M.Pd. Saya mulai menjelaskan gambaran tentang pelaksanaan ide tersebut dan menekankan bahwa ini bukanlah kegiatan pada mata pelajaran tertentu saja tetapi dapat digunakan pada mata pelajaran lainnya ataupun kolaborasi antarmata pelajaran. Beliau menyambut positif kegiatan tersebut. Kebetulan, dikarenakan sekolah kami akan masuk menjadi sekolah penggerak maka diperlukan banyak ide mengenai program-program yang berdampak positif dan konkrit kepada siswa.

Selanjutnya, saya juga mulai membangun komunikasi kembali dengan siswa siswi Komunitas Literasi 10 yang merupakan pelopor Gerakan Literasi Sekolah. Komunitas ini sempat menjadi vakum ketika masa pandemi karena keterbatasan pertemuan dan komunikasi. Namun, setelah sekolah tatap muka dibuka kembali maka mereka mulai menggiatkan kembali literasi sekolah. Dengan dibantu oleh Guru Bahasa Indonesia, Ibu Lusi Dahniar, S.Pd yang juga merupakan salah satu Instruktur Nasional dan juri berbagai lomba kebahasaan, kami mengadakan pertemua kecil dan membahas kegiatan tersebut bersama Kepala Sekolah, Ibu Hj. Enung Nuripah, S.Pd., M.Pd.

Pertemuan Komunitas Literasi 10 dengan Kepala Sekolah, Ibu Hj. Enung Nuripah, S.Pd., M.Pd
 dan Ibu Lusi Dahniar, S.Pd  


Kegiatan SaKaSaKu merupakan kegiatan pembelajaran yang menjadi apresiasi bagi siswa siswi setelah mereka mengerjakan tugas mereka. Adapun langkah-langkah yang saya lakukan dalam mewujudkan aksi nyata kegiatan SaKaSaKu sebagai berikut.
  1. Bekerja sama dengan anggota Komunitas Literasi 10 untuk mempromosikan kegiatan literasi dan manfaatnya bagi siswa siswi SMAN 10 Bogor. Hal ini dilakukan dengan membuat media sosial Komunitas Literasi 10 dan memposting beragam kegiatan literasi, baik di media sosial Komunitas Literasi 10 ataupun media sosial SMAN 10 Bogor.
  2. Memilih materi yang bentuk penilaiannya dapat berupa karya tulis sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tidak semua materi dapat menggunakan bentuk penilaian karya tulis, sehingga kita perlu menganalisis KI/KD/CP mata pelajaran terlebih dahulu.
  3. Menyusun teknis pembuatan dan rubrik penilaian yang disampaikan kepada siswa siswi menjelang akhir pembelajaran. 
  4. Membagi kelompok di setiap kelas sesuai dengan minat mereka dalam memilih tema yang akan dijadikan bahan tulisan. Untuk kelas XII, karena materi yang membahas tentang sejarah internasional serta keterampilan mereka dalam berkarya seni cukup baik maka saya menawarkan kesepakatan kepada mereka untuk membuat karya dalam bentuk komik. Mereka bebas menggunakan bahan membuat komik, tapi saya menyediakan media pembuatan komik dalam bentuk kertas plano ukuran besar (kartun) atau kertas HVS.  
  5. Menyusun waktu pengerjaan komik dalam beberapa pertemuan. Semua proses pembuatan komik dilakukan di kelas sehingga saya dapat menilai proses pengerjaan komik tersebut.



Proses pembuatan komik di media kertas hvs



Pembuatan komik menggunakan media kertas plano


Sementara untuk kelas X, saya memilih materi tentang tokoh pahlawan Indonesia. Nilai-nilai karakter yang menginspirasi dari tokoh-tokoh tersebut kepada generasi muda sekarang. Saya membebaskan anak-anak untuk berekpresi dalam menyampaikan pendapatnya tentan nilai karakter pahlawan Indonesia pilihannya, ada yang membuat puisi, ada yang memberikan pernyataan langsung. Mereka mengisi form dan saya mengumpulkannya dalam excel untuk memeriksanya kembali. Hasil tulisan mereka akan menjadi satu kumpulan tulisan tentang nilai-nilai karakter kepahlawanan Indonesia.


Kumpulan tulisan siswa siswi dalam bentuk opini singkat dan puisi 
tentang pahlawan Indonesia


FEELING

Aksi nyata kegiatan SaKaSaKu membuat saya merasa was was, khawatir, takut jika kegiatan ini tidak berjalan sesuai rencana atau tidak mencapai tujuan yang diharapkan. Kegiatan ini adalah kegiatan baru bagi siswa siswi. Tentu saja berhadapan dengan hal baru membuat respon yang berbeda-beda. Ada siswa yang sudah terbiasa dengan menulis tetapi ada juga yang merasa kesulitan meskipun saya sudah memberikan kebebasan pada mereka untuk memilih bahan dan tema. Oleh karena itu, saya harus selalu siap untuk membimbing mereka selama proses pengerjaannya.

Selain itu, saya juga harus teliti dalam menilai dan mengecek setiap karya siswa siswi yang masuk, terutama untuk penugasan di kelas X. Jangan sampai mereka mengutip puisi orang lain. Saya juga harus membantu mereka dalam pilihan kata agar tidak terlihat kaku dalam menulis serta mudah dipahami pembaca. Saya sempat merasa lelah tapi melihat karya anak-anak ini adalah vitamin terbaik saya terus mengajar dan mendidik anak-anak itu dengan baik

SaKaSaKu memang tidak langsung menjadi sebuah buku yang diterbitkan oleh penerbit, tetapi saya mencoba untuk memperkenalkan kepada siswa siswi menuangkan perasaan, mengekpresikan pendapatnya, pemahamannya terhadap materi dalam bentuk karya tulis. Kumpulan karya kelas menjadi antologi, portofolio yang dibuat layaknya sebuah buku. Jika memungkin adanya dana maka tidak menutup kemungkinan akan dibawa pada penerbit untuk dicetak terbit. Jika tidak, maka dapat juga dijadikan e book bahan ajar yang merupakan hasil karya mereka sendiri. Ini tentu akan menumbuhkan kebanggaan tersendiri bagi mereka dan mudah-mudahan dapat menumbuhkan kecintaan mereka terhadap dunia literasi.


FINDING

Setiap kegiatan tentu memiliki pembelajaran yang bermakna bagi kita sebagai seorang guru. Oleh karena itu, setiap kegiatan memerlukan refleksi yang membuat kita menemukan kekurangan ataupun kelebihan dari pembelajaran yang sudah kita lakukan. Tidak terkecuali dalam kegiatan SaKaSaKu yang saya coba praktikan ini. Saya menemukan bahwa merencanakan kegiatan, program apapun tidaklah mudah. Terutama kegiatan, program yang berdampak pada murid. Saya harus betul-betul memikirkan perencanaan, proses, hingga penilaian yang dilakukan. Yang tidak kalah penting juga membuktikan bahwa kegiatan/program ini memang betul-betul berdampak kepada siswa siswi, bukan hanya sekadar pemenuhan tugas, kegiatan, atau program sekolah saja. 

Saya juga belajar bahwa kendala terbesar siswa siswi adalah kurangnya rasa percaya diri dalam menulis. Padahal, ketika melakukan kegiatan ini, saya menemukan banyak potensi tersembunyi dalam diri. Mereka membutuhkan pemantik yang dapat membakar motivasi mereka untuk mulai menulis. Disinilah pentingnya seorang guru mempelajari couching agar dapat menggali potensi tersembunyi itu.

Hal lain yang saya pelajari dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah belum maksimalnya peran siswa siswi Komunitas Literasi 10 di setiap kelas yang diharapkan mampu turut memotivasi teman-temannya membudayakan kegiatan literasi. 


FUTURE

SaKaSaKu merupakan kegiatan yang dapat menjadi praktik baik dalam pembelajaran. Beberapa kelemahan dapat diatasi dengan melakukan evaluasi kegiatan.  Beberapa upaya perbaikan dalam kegiatan SaKaSaKu di masa mendatang sebagai berikut.
  1. SaKaSaKu memerlukan proses pengerjaan yang cukup lama sehingga harus direncanakan dengan baik dan disesuaikan dengan materi
  2. Melakukan koordinasi dengan sekolah agar tujuan SaKaSaKu dapat tercapai dengan baik, terutama dalam upaya penerbitan karya siswa siswi yang tentunya memerlukan biaya 
  3. Melakukan kolaborasi dengan guru mata pelajaran lain yang relevan dengan penugasan SaKaSaKu
  4. Mengaktifkan kembali peran serta anggota Komunitas Literasi 10 sebagai pelopor beragam kegiatan literasi di sekolah
 
 Komik Sejarah Konflik Internasional karya siswa
        

Buku e book opini dan puisi Tentang R.A Kartini karya siswa siswi kelas X MIPA 1



Aksi Nyata Modul 3.3 tentang program/kegiatan yang berdampak pada siswa ini masih belum sempurna. Pada pelaksanaan awal masih memerlukan evaluasi dan perbaikan pelaksanaan di masa mendatang. Namun demikian, ini menjadi pengalaman luar biasa bagi saya untuk senantiasa memikirkan bahwa siswa siswi adalah point utama dalam setiap kegiatan pembelajaran dan merencanakan pembelajaran bermakna adalah tantangan bagi kita sebagai guru untuk menciptakan masa depan gemilang bagi mereka dengan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, karakter yang terbaik.

Sudahkah Anda sebagai guru mencobanya?

Salam Pelajar Pancasila

SaKaSaKu (Satu Kelas Satu Buku), Aksi Nyata Meningkatkan Budaya Literasi Siswa dengan Merdeka Belajar

 Salam Guru Penggerak! Tak terasa modul 3.3 dari Program Pendidikan Guru Penggerak sudah hampir selesai dipelajari. Tersisa dua penugasan la...