Rabu, 14 Juli 2021

SOSIODRAMA? WHY NOT?














Punya segudang rencana tapi sulit melaksanakannya kadang jadi nyesek. Banyaknya tantangan juga kadang bikin hopeles.... Tapi kalo inget anak-anak, yuppp perasaan kalo harus BISA itu muncul lagi

Berawal dari keseharian di sekolah yang merasa monoton, jenuh dengan metode pembelajaran yang itu itu saja. Muncul keinginan untuk membuat suatu perubahan dalam belajar sejarah di sekolah. Persoalannya ternyata tidak semudah itu. Bukan hanya input yg dianggap kurang mampu (oleh orang) tapi juga sarana dan prasarana yang serba terbatas.

Suatu ketika muncul ide untuk belajar sejarah dengan metode sosiodrama. Kalo biasanya hanya sekadar ceramah, diskusi, pengen mencoba yang satu ini. Soo, mulainya surfing internet untuk mencari segala info tentang sosiodrama itu.

Sempet ragu, bahkan nyaris batal karena keterbatasan itu.Tapi anak-anak dengan semangat justru menginginkan sosiodrama coba digunakan. Waktu 2 minggu ternyata cukup memberikan hasil memuaskan buat saya.

Takjub melihat persiapan anak-anak. Bahkan penampilan mereka yang menurut saya LUAR BIASA. Walaupun terpaksa tampil di ruang perpustakaan.....

Ini tahun kedua saya akan menggunakan metode sosiodrama itu. Mestinya bisa lebih matang. Sampai muncul pertanyaan seorang teman "kenapa sejarah ada sosiodrama? Kan gx ada penilaian psikomotorik?". Seorang lagi sambil mesem2 juga berkata yang senada... "sejarah ada drama..."

Apa yang salah dengan sosiodrama sejarah? Saya tidak melakukan penilaian psikomotorik kepada anak. Dan sosiodrama juga bukan teknik penilaian melainkan salah satu metode pengajaran seorang guru pada anaknya. Dalam aplikasinya, kemampuan si anak memahami materi sejarah akan tercermin ketika ia menerjemahkan materi dan mengembangkannya dalam naskah drama. Bahkan, secara tidak langsung... anak pun akan menghapal materi melalui dialog-dialog yang tercipta dalam sosiodrama itu. Bagi mereka yang menyaksikan juga lebih mudah memahami materi ketika melihat temannya memainkannya dalam sosiodrama itu..... Ini adalah satu bentuk metode pengajaran sejarah yang inovatif menurut saya.

Tapi kenapa justru mereka tidak mengerti?

Yaaa sudahlah, bukankah setiap orang berhak mempunyai pendapatnya masing-masing????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SaKaSaKu (Satu Kelas Satu Buku), Aksi Nyata Meningkatkan Budaya Literasi Siswa dengan Merdeka Belajar

 Salam Guru Penggerak! Tak terasa modul 3.3 dari Program Pendidikan Guru Penggerak sudah hampir selesai dipelajari. Tersisa dua penugasan la...