Punya segudang rencana tapi sulit melaksanakannya kadang jadi nyesek. Banyaknya tantangan juga kadang bikin hopeles.... Tapi kalo inget anak-anak, yuppp perasaan kalo harus BISA itu muncul lagi
Berawal dari keseharian di sekolah yang merasa monoton, jenuh dengan metode
pembelajaran yang itu itu saja. Muncul keinginan untuk membuat suatu perubahan
dalam belajar sejarah di sekolah. Persoalannya ternyata tidak semudah itu.
Bukan hanya input yg dianggap kurang mampu (oleh orang) tapi juga sarana dan
prasarana yang serba terbatas.
Suatu ketika muncul ide untuk belajar sejarah dengan metode sosiodrama. Kalo
biasanya hanya sekadar ceramah, diskusi, pengen mencoba yang satu ini. Soo,
mulainya surfing internet untuk mencari segala info tentang sosiodrama itu.
Sempet ragu, bahkan nyaris batal karena keterbatasan itu.Tapi anak-anak dengan
semangat justru menginginkan sosiodrama coba digunakan. Waktu 2 minggu ternyata
cukup memberikan hasil memuaskan buat saya.
Takjub melihat persiapan anak-anak. Bahkan penampilan mereka yang menurut saya
LUAR BIASA. Walaupun terpaksa tampil di ruang perpustakaan.....
Ini tahun kedua saya akan menggunakan metode sosiodrama itu. Mestinya bisa
lebih matang. Sampai muncul pertanyaan seorang teman "kenapa sejarah ada
sosiodrama? Kan gx ada penilaian psikomotorik?". Seorang lagi sambil
mesem2 juga berkata yang senada... "sejarah ada drama..."
Apa yang salah dengan sosiodrama sejarah? Saya tidak melakukan penilaian
psikomotorik kepada anak. Dan sosiodrama juga bukan teknik penilaian melainkan
salah satu metode pengajaran seorang guru pada anaknya. Dalam aplikasinya, kemampuan si anak memahami materi sejarah akan tercermin
ketika ia menerjemahkan materi dan mengembangkannya dalam naskah drama. Bahkan,
secara tidak langsung... anak pun akan menghapal materi melalui dialog-dialog
yang tercipta dalam sosiodrama itu. Bagi mereka yang menyaksikan juga lebih
mudah memahami materi ketika melihat temannya memainkannya dalam sosiodrama
itu..... Ini adalah satu bentuk metode pengajaran sejarah yang inovatif menurut
saya.
Tapi kenapa justru mereka tidak mengerti?
Yaaa sudahlah, bukankah setiap orang berhak mempunyai pendapatnya
masing-masing????










Tidak ada komentar:
Posting Komentar