Senin, 13 Juni 2022

Tik Tok Program yang Berdampak pada Murid di Sekolah dengan Kurikulum Merdeka

Salam Guru Penggerak!

Perjalanan modul dalam LMS akan berakhir di minggu ini. Modul 3.3 menjadi modul penutup rangkaian modul di LMS Program Pendidikan Guru Penggerak. Perjalanan menuju Modul 3.3 ini tidak mudah. Pertama karena saya merasa modul 3 ini adalah modul yang terberat materinya, bukan lagi tentang diri kita ataupun murid. tetapi membahas tentang manajemen sekolah hingga peran guru selayaknya kepala sekolah. Dalam modul 3 kita seakan menjadi wakil kepala sekolah dan kepala sekolah yang harus cerdas dalam mengambil keputusan, mampu memimpin pembelajaran, dan kini mampu menyusun program yang berpihak kepada murid.

Modul 3.3 mengajak saya untuk mengenal lebih dekat dengan program yang berdampak pada murid. Apakah sebenarnya program yang berdampak pada murid itu? 

Bapak dan Ibu tentu masih ingat di awal Modul 3.1 ketika kita belajar tentang menganalisis karakteristik sekolah melalui pendekatan 7 aset. Ini adalah kunci utama dalam membangun sekolah, termasuk didalamnya penyusunan program sekolah yang sesuai dengan karakteristik 7 aset yang kita miliki. Dan salah satu 7 aset tersebut adalah modal manusia yang didalamnya termasuk guru dan murid. Artinya, murid berperan sebagai subjek sekaligus objek dalam organisasi sekolah ini. Murid adalah mitra bagi seorang guru. Dan kita sudah sejak awal diingatkan tentang potensi anak yang beragam dan pengembangan potensi tersebut yang sesuai dengan kodrat zaman serta kodrat alam. Maka, disinilah kita perlu menyusun program yang mampu mengembangkan potensi murid tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka dan karakteristik sekolah.


Penyusunan program tentu tidak mudah, apalagi bagi seorang guru biasa yang bukan duduk dalam manajemen sekolah seperti saya. Ini menjadi tantangan bagi saya untuk mereka-reka seandainya menjadi seorang kepala sekolah ataupun wakil kepala sekolah yang akan menyusun program, maka apa yang harus saya lakukan pertama kali dan selanjutnya? Bagaimana kira-kira dukungan rekan-rekan guru, murid, dan orangtua? Bagaimana pelaksanaannya? Hasil apa yang ungin dicapai? Apakah ketujuh aset sekolah menunjang program tersebut?

Semua pertanyaan tersebut ternyata mengikuti alur BAGJA yang pernah kita pelajari dalam Modul 1 sebelumnya. Ini yang kemudian menjadi tugas selanjutnya dalam menyusun program yang berpihak pada murid dan mampu membawa perubahan terhadap mereka. Program yang berpihak kepada murid sebenarnya tidak selalu harus merupakan program sekolah yang melibatkan banyak pihak. Kita juga dapat menyusun program yang berpihak pada murid dalam mata pelajaran kita sendiri atau sebagai wali kelas. Artinya, program ini bisa dalam bentuk intrakurikuler, kokurikuler, atau ekstrakurikuler.

Sebelum kita mengambil keputusan untuk menentukan program yang akan dibentuk maka kita perlu melakukan analisis menggunakan alur BAGJA yang pernah kita pelajari sebelumnya. Masih ingat dengan BAGJA? B-uat pertanyaan (Define), A-mati ( Discover  ), G-ali mimpi ( Dream), J-abarkan rencana (Design ), dan A-tur strategi ( Deliver). Program yang akan kita susun dari hasil analisis BAGJA harus menunjukkan student agency atau kepemimpinan murid, mempertimbangkan suara, pilihan, dan kepemilikan murid. Dilengkapi pula dengan lingkungan yang mendukung program dan keterlibatan komunitas lainnya dalam program tersebut. Ada 7 lingkungan yang dapat membantu menumbuhkembangkan kepemimpinan murid tersebut seperti berikut ini.

  1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi positif
  2. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif, dan bijaksana
  3. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non akademiknya
  4. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama serta masyarakat dan lingkungan sekitarnya
  5. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan, atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampau pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan
  6. Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri
  7. Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengan kesempitan dan kesulitan

Program yang berdampak kepada murid sebenarnya merupakan program yang berpihak kepada murid dengan menguatkan yang sudah ada (spirit), mendorong kebermaknaan (komitmen), dan menimplementasikan kepemimpinan murid (kontekstual). Murid sebenarnya memiliki student agency yang merupakan kemampuan mereka untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan, dan mengungkapkan keingintahuan. Mereka juga dapat berkontribusi dan berperan dalam komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka terhadap orang lain, hingga mampu melakukan tindakan nyata dari hasil pemahaman mereka tersebut.

Hal penting lainnya yang tak boleh kita lupakan dalam menyusun program yang berdampak murid adalah kerja sama dengan komunitas lain. Ini sesuai dengan konsep TRI SENTRA PENDIDIKAN yang berusaha mengkolaborasikan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Jika konsep ini berjalan dengan baik maka tidak akan ada lagi orangtua yang mengeluh lelah mengingatkan anak-anaknya karena sejatinya semua orang adalah guru dan belajar dapat dimana saja, tidak terbatas ruang kelas. Memang tidak mudah menjalin kolaborai dari berbagai pihak. 

Selanjutnya, dalam membangun kolaborasi dengan komunitas, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.

1) Membangun suasana yang menghargai murid

2) Mendengarkan murid sehingga dapat saling memahami

3) Dialog dengan/atau murid

4) Menempatkan murid dalam kemudi

Kita beruntung dengan adanya Kurikulum Merdeka yang menyediakan ruang bagi guru untuk menjalankan program berdampak pada murid dengan adanya Project Profile Pancasila. Dalam project ini, guru dan murid berperan sebagai mitra yang saling mendukung. Suara, pilihan, dan kepemilikan murid betul-betul dihargai dalam perencanaan project karena merekalah yang akan berdiskusi menentukan tema, bentuk, dan produk yang akan dibuat. Mereka juga yang akan melaksanakan project tersebut dibawah bimbingan guru. Dan project inipun bukan hanya melibatkan 1 atau sekelompok murid saja, tetapi seluruh warga sekolah, bahkan jika mereka project yang mengajak kolaborasi warga sekitar artinya mereka sudah mampu berkomunikasi yang baik dengan pihak luar, komunitas tertentu. 

Bagian ini menjadi point menarik sekaligus mengejutkan bagi saya bahwa ada sinkronisasi antara materi Modul 3.3 tentang Program yang Berdampak pada Murid dengan pelaksanaan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran 2022 nanti. Kami, Guru Penggerak seakan diberikan ruang dan waktu untuk segera mempraktikan apa yang sudah kami pelajari dari modul 3.3. Ini juga memberikan dasar pengetahuan bagi saya sehingga lebih percaya diri ketika harus masuk melaksanakan Kurikulum Merdeka.

Perubahan paradigma dalam diri saya setelah mempelajari Modul 3.3 membuat saya lebih berhati-hati  ketika saya akan melakukan sesuatu atau memutuskan apa yang akan saya rencanakan dalam proses pembelajaran nanti. Betapa pentingnya untuk menjadikan murid sebagai mitra lengkap dengan beragam kebutuhan dan potensi yang dimilikinya sehingga kita sangat perlu mempertimbangkannya dan menyesuaikannya dengan karakteristik sekolah. Kita tidak bisa asal membuat penugasan hanya untuk sekadar ikut-ikutan ingin menunjukkan pembelajaran berdiferensiasi saja. Namun perhatikan kembali urgensi dan kebermaknaan yang dicapainya. Begitu pula ketika kita akan menyusun program yang berdampak pada murid secara keseluruhan, bukan hanya sebagian saja. Ingat, ada suara, pilihan, dan kepemilikan murid yang harus kita perhatikan.

Melakukan sesuatu yang baru selalu menjadi tantangan karena belum tentu semua memahami makna perubahan tersebut atau justru karena tidak terbiasa maka menjadi sulit untuk memahaminya. Ini menjadi tantangan besar bagi saya, ketika murid-murid terlalu asyik dengan pembelajaran konvensional sehingga lamban atau sulit mengikuti perubahan dalam program yang direncanakan. Tantangan juga bagi saya untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam membantu murid menemukan project yang diinginkannya. Saya juga harus mampu berkomunikasi yang baik dengan mereka agar terbuka wawasan mereka dan siap mengikuti perubahan masa depan kalian.

Saya percaya sekolah memberikan dukungan penuh terhadap program-program yang berdampak terhadap murid, termasuk Program Project Profile Pancasila yang akan segera dijalankan. Keterbatasan dalam hal aset tidak boleh menjadi hambatan bagi kita untuk merencanakan program-program ini. Saya selalu mengingat pesan seorang Kepala Sekolah Inspiratif, Ibu Eti Herawati dari Garut yang mengatakan bahwa keterbatan aset bukan menjadi halangan untuk mencapai prestasi tanpa batas. 

 


Guru Inspiratif
Murid Kreatif
Sekolah Unggul


Sumber : Modul 3.3 PPGP Angkatan 4 dan koleksi foto pribadi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SaKaSaKu (Satu Kelas Satu Buku), Aksi Nyata Meningkatkan Budaya Literasi Siswa dengan Merdeka Belajar

 Salam Guru Penggerak! Tak terasa modul 3.3 dari Program Pendidikan Guru Penggerak sudah hampir selesai dipelajari. Tersisa dua penugasan la...