Bergabung dalam pendidikan Calon Guru Penggerak selama 9 bulan adalah hal yang luar biasa. Banyak keraguan yang muncul dalam diri, terlebih melihat banyaknya guru-guru hebat yang membuat diri insecure seketika. Apalah daya kalau saya ternyata cuma guru biasa yang beruntung mendapat kesempatan belajar dalam pendidikan Calon Guru Penggerak ini. Namun, yang terjadi sungguh luar biasa. Selain bertemu dengan guru-guru hebat yang begitu humble dengan kemampuannya, saya terlalu asyik menikmati rangkaian kata dalam modul tentang Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Luar biasa.... Satu kata yang
dapat saya ucapkan. Terkadang saya berdialog sendiri dengan untaian kata dalam
modul ini, ketika materi sedang dibaca. Aahh, ya.... begini seharusnya. Nah,
ini yang kemaren terjadi. Loh, ini sama seperti yang saya alami, lakukan
kemaren.... Dan entah berapa banyak lagi komentar dalam diri yang muncul saat membacanya.
Saya menemukan hal-hal baru yang
tidak baru dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Hal baru
karena saya baru menyadari bahwa ini adalah pemikiran Ki Hajar Dewantara, bukan
yang lain. Tidak baru karena saya merasa sudah ada yang pernah saya alami dan
lakukan. Meskipun masih jauh dari sempurna saya mengaplikasikan pemikiran Ki
Hajar Dewantara ini.
Ada beberapa pengetahuan yang
semakin menguatkan pandangan saya tentang pendidikan. Pertama,
semboyan Ki Hajar Dewantara yang menjadi kunci utama untuk berhadapan dengan
siswa. Memberikan contoh yang baik, mendampinginya bukan hanya sebagai guru,
tetapi juga sebagai teman. Kedua, menguatkan kembali
pemahaman kata pendidik dan pengajar. Guru bukanlah sekadar pengajar di sekolah
yang mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga seorang pendidik yang mampu
bersikap layaknya petani yang akan menanam beragam bibit. Petani harus menjaga
semua bibt ini agar dapat tumbuh berkembang dengan baik, seperti halnya siswa
siswi tersebut. Ketiga, Kodrat alam dan kodrat zaman yang harus
kita persiapkan diri sebaik-baiknya. Sebagai guru wajib memberikan bekal yang
cukup sesuai perkembangan zaman dan kondisi alam setiap daerah. Keempat,
Belajar sambil bermain. Ada beragam permainan tradisional yang memiliki makna
mendalam, nilai-nilai karakter dan pengetahuan. Kelima, kemampuan
mengendalikan diri dengan baik. Keempat point inilah yang selalu menjadi
alasan untuk belajar lebih... lebih.... dan lebih baik lagi sebagai seorang
guru.
Berbagi pengalaman dengan rekan-rekan
guru dari berbagai daerah pun luar biasa. Saya merasa tidak sendiri sebagai
seorang guru yang baru belajar. Saya suka ketika sharing pengalaman
mengajar dan mengatasi permasalahan dengan siswa karena boleh jadi apa yang
mereka hadapi pernah atau akan saya hadapi juga.
Mendapat pengetahuan baru tidak
akan berarti jika tidak dapat kita aplikasikan. Hanya akan tersimpan dalam
otak, namun tak dapat bermanfaat untuk orang lain. Padahal, harapan Ki Hajar
Dewantara untuk dapat menjadi manusia yang bermanfaat bukan? Lantas apa yang
harus saya lakukan? Tidaklah mudah menjadi penggerak di suatu lingkungan
ataupun komunitas. Perlu tekad yang kuat dan dukungan. Ini yang saya sadari
betul. Namun, saya memiliki sifat yang entah menjadi satu kebaikan atau tidak
bagi saya, yaitu keikhlasan. Ketika kita sudah berniat dan betul-betul menyukai
apa yang kita lakukan maka keikhlasan itu akan menjadi dasar untuk bisa
menggerakan. Seperti halnya ketika membentuk dan mencoba mengembangan komunitas
literasi di sekolah saya. Awalnya hanya berbekal kesukaan terhadap dunia ini
hingga berkembang dan terus berkembang bersama anak-anak.
Perjalanan komunitas literasi
semoga menjadi awal bagi diri saya untuk mampu menerapkan pemikiran-pemikiran
Ki Hajar Dewantara di sekolah. Keraguan dalam diri saya yang sering kali
menjadi penghambat untuk saya berani mengambil langkah. Kekurangan rasa percaya
diri, efikasi diri yang sering menjebak saya dalam kebuntuan ide untuk berbuat
sesuatu. Diri saya menjadi penghambat bagi perkembangan kompetensi saya
sendiri. Maka jika ada satu hal yang harus diubah agar lebih dapat menerapkan
pemikiran Ki Hajar Dewantara, maka jawabannya adalah rasa ragu, efikasi diri
saya tersebut. Semoga dengan terus belajar selama 9 bulan ini, saya akan
semakin mampu membebaskan diri dari mental block tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar