Kamis, 17 Maret 2022

KONEKSI ANTARMATERI : PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DENGAN PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL. KOLABORASI UNIK MEMBANGUN GENERASI PANCASILA

Proses pembelajaran dalam Filosofi Ki Hajar Dewantara digambarkan dengan sangat apik menyenangkan. Jauh dari suasana menegangkan, membosankan, apalagi stres pada murid. Tentu saja selain karena pandangan Filosofi Ki Hajar Dewantara yang mendorong pembelajaran berpihak pada murid, ini berkaitan pula dengan praktik Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional. Kedua bentuk pembelajaran ini saling melengkapi sehingga kelak murid dapat tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia, mandiri, kritis, kreatif, gotong royong, berbhinekaan global.

Seperti apakah kedua bentuk pembelajaran ini? Mari kita cermati keduanya.

Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mencoba mengakomodir kebutuhan murid. Jangan khawatir, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah pembelajaran satu per satu anak kita ikutin kemauan belajaranya. Namun, ada pemetaan yang harus kita siapkan sebagai dasar praktik pembelajaran berdifeensiasi nanti. Nah, ada tiga cara untuk melakukan pemetaan tersebut dan guru-guru pun sebenarnya banyak yang sudah melakukan proses pemetaan ini, namun terkadang tindak lanjut dari hasil pemetaan tersebut belum maksimal.

1. Kesiapan Belajar Murid (Readiness). Pada pemetaan berdasarkan kesiapan belajar murid, pengelompokan dibagi berdasarkan pengetahuan dasar yang dimiliki murid sebagai bekal memulai materi berikutnya. Biasanya, ada murid yang sudah sangat siap, murid yang sudah siap, dan murid yang masih siap. Guru biasa menyebutnya kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Setelah membagi, maka guru menyiapkan model, media yang dapat mengakomodir ketiga kelompok tersebut. 

2. Minat Murid (Interest). Setiap orang memiliki keinginan yang berbeda tentang sesuatu hal yang menjadi kesukaannya. Hal ini dapat kita temukan misalnya pada saat apersepsi di awal pembelajaran. dari hasil aspersepsi, guru dapat memberikan materi ataupun penugasan yang memberikan kebebasan pada murid. Misalnya, guru memberikan kebebasan untuk murid memilih media presentasi yang akan digunakan, apakah poster, flyer, video, ataukah PPT.

3. Profile Belajar Murid (Profile Learning Student). Pemetaan siswa berdasarkan profile belajar murid dapat dilakukan berdasarkan lingkungan, budaya, gaya belajar, dan multiple inteligence.

Setelah melakukan pemetaan, maka guru pun melakukan tindak lanjut terhadap hasil pemetaan tersebut. Guru dapat mulai melakukan diferensiasi proses dengan menggunakan beragam media ajar, diferensiasi konten dengan membedakan format penyampaian, dan diferensiasi produk yang terlihat dalam beragam produk hasil penugasan murid. Termasuk dalam rubrik penilaian yang berdiferensiasi juga, tidak disamaratakan.

Dimanakah Pembelajaran Sosial Emosional berada dalam Pembelajaran Berdiferensiasi?

Pembelajaran Sosial Emosional akan kita temukan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam Pembelajaran Berdiferensiasi, kita akan melakukan upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, manajemen kelas yang efektif, dan mampu merespon kebutuhan murid. Disinilah Pembelajaran Sosial Emosional atau PSE akan kita terapkan. Guru akan mendidik murid sehingga memahami Keterampilan Sosial Emosional yang harus dimilikinya, meliputi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, hingga pengambilan keputusan yang tepat. Kelima keterampilan ini dapat dilakukan terintegrasi dalam pembelajaran ataupun diluar pembelajaran.

Sebagai contoh, untuk menciptakan manajemen kelas yang efektif, guru harus mampu menumbuhkan kesadaran diri murid akan pentingnya proses pembelajaran di kelas sehingga mereka mau mengikuti dan mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Rasa bosan, jenuh, lelah, marah, takut, gelisah akibat beban tugas tidak lagi mereka rasakan karena adanya kesadaran diri murid akan pentingnya kegiatan tersebut. Murid akan merasa nyaman dan rileks mengikuti Pembelajaran Berdiferensiasi yang dilakukan. Bahkan, antusias karena guru memberikan kebebasan kepada mereka dalam belajar. Guru dapat memulai praktik PSE untuk menumbuhkan keterampilan kesadaran diri dengan memulai pembelajaran melalui kata-kata motivasi yang dapat menambah semangat murid, menanyakan perasaan mereka hari ini, dan memberikan pujian untuk mereka.

Selanjutnya, dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif untuk mendukung Pembelajaran Berdiferensiasi, guru juga dapat mengasah kesadaran sosial dan keterampilan relasi murid. Lingkungan belajar yang efektif akan terbentuk ketika guru dan murid dapat saling menghargai, mampu berempati dengan tepat. Misalnya dalam kerja kelompok, mungkin saja ada murid yang cenderung pasif. Kita tidak boleh langsung menjudge dirinya cuek, bodoh. Kita perlu mengenali terlebih dahulu, mungkin saja anak tersebut sedang ada masalah keluarga atau pertemanan. Lantas, kita perlu untuk membantunya menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan keterampilan relasi yang baik. Kita dapat mengajaknya berkomunikasi efektif. Ini tentu saja tidak mudah karena belum tentu semua anak diterima untuk berkomunikasi dengannya. Dalam kelompok, keterampilan relasi juga penting. Kita belajar saling menghargai pendapat, saling berbagi peran.

Di sisi lain, seorang guru dan murid harus mampu melakukan pengelolaan diri dengan baik. Dalam kehidupan, pembelajaran selalu terjadi dimana saja. Tidak ada jalan yang mulus. Sesekali kita akan bertemu dengan masalah, pekerjaan yang rumit. Kita perlu pengelolaan diri agar tidak terjebak oleh perasaan-perasaan negatif yang muncul ketika kita berada dalam tekanan.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah keterampilan pengambilan keputusan yang bijaksana serta mendukung Pembelajaran Berdiferensiasi. Sebagai guru, ketika hasil pemetaan siswa sudah ada maka selanjutnya guru harus memutuskan bentuk Pembelajaran Berdiferensiasi yang seperti apakah untuk dipraktikan di kelas tersebut?

Lantas, bagaimana praktik nyata dari Pembelajaran Sosial Emosional dilakukan?


Kita akan mengenal beberapa teknik Pembelajaram Sosial Emosional yang dapat dipraktikan langsung sesuai kebutuhan kelas agar Pembelajaran Berdiferensiasi berjalan lancar.

1. Teknik STOP adalah teknik yang sering dilakukan ketika penat dengan  beban sekolah. Ajaklah murid-murid kita bersama untuk mulai mengentikan semua pekerjaan, tariklah nafas bersama-nafas dan obervasi perasaan yang dirasakan. barulah kita lanjutkan kembali pembelajaran.

2. Teknik POOCH adalah teknik yang digunakan dalam keterampilan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Kita diberikan beberapa alternatif untuk mengatasi masalah dan memperkirakan hal-hal yang akan terjadi hingga akhirnya dapat mengambil keputusan dan melakukan refleksi.

3. Teknik 4K + I-Message dapat dilakukan dengan memperhatikan karakter orang dan menyampaikan pernyataan dengan kalimat-kalimat yang positif sehingga penerima pesan pun akan nyaman.

Contoh sederhana mengenai Pembelajaran Sosial Emosional yang terintegrasi dalam Pembelajaran Berdiferensiasi :

1) Pembukaan Pembelajaran yang Hangat

Guru memberikan kesempatan murid untuk berpendapat, mendengarkan bersama teman-temannya sehingga murid merasa saling memiliki dalam berinteraksi.

2) Kegiatan Inti yang Melibatkan Murid

Dalam Pembelajaran Berdiferensiasi, guru mengajak murid membentuk kelompok dan mulai mengerjakan. Guru juga dapat mengajak muirf melakukan refleksi diakhir pembelajaran,

3) Penutupan yang Optimis

Guru dapat menutup kegiatan dengan mengajak murid-murid melakukan refleksi akhir pembelajaran

Dari paparan di atas, kita dapat melihat bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional dapat dilakukan terintegrasi, saling melengkapi sehingga mampu mengikuti dan menyelesaikannya. Pembelajaran Sosial Emosional membantu murid dan guru secara internal, psikis dalam menghadapi masalah sehingga mereka dapat mengikuti Pembelajaran Berdiferensiasi dengan baik..


Sumber : Modul 2.2 CGP Angkatan Kota Bogot





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SaKaSaKu (Satu Kelas Satu Buku), Aksi Nyata Meningkatkan Budaya Literasi Siswa dengan Merdeka Belajar

 Salam Guru Penggerak! Tak terasa modul 3.3 dari Program Pendidikan Guru Penggerak sudah hampir selesai dipelajari. Tersisa dua penugasan la...