Dalam suatu percakapan, mengulik kalimat antara ilmu
pengetahuan dengan agama tidak bisa disatukan. Filsafat sebagai salah satu
cabang ilmu, menjadi salah satu yang seakan menentang keberadaan agama dalam
setiap pembahasannya, sampai kemudian muncul zona anti Tuhan dalam
diskusi-diskusi filsafat.
Saya ingat ketika kecil, sesekali mempertanyakan
kenapa ada manusia, kenapa manusia seperti ini, kenapa begini kenapa begitu.
Dan jawaban paling sering yang saya dengar dari orangtua saya adalah.....
Jangan suka bertanya ciptaan Allah, nanti jadi musyrik. Ciptaan Allah sempurna
ga perlu dipertanyakan. Bertahun-tahun menelan jawaban seperti itu ternyata
tidak membuat berhenti juga.
Suatu ketika, muncul pertanyaan manakah yang lebih
dulu? Manusia praaksara ataukah Nabi Adam as. Dalam majalah anak-anak Bobo,
kembali dijawab untuk tidak menyatukan persoalan agama dan ilmu pengetahuan.
Saya menyimpan semua pertanyaan dan jawaban itu hingga menjadi guru.
Ketika mengajar sejarah di kelas X, pertanyaan yang
sama kembali berulang. Hampir setiap tahun, pertanyaan itu akan muncul dari
siswa. Apakah saya memberikan jawaban yang sama? Bahwa tidak boleh menyatukan
persoalan agama dengan ilmu pengetahuan? Di awal saya masih mencoba memaklumi
jawaban itu, tetapi kemudian muncul perasaan menolak. Jika agama itu sempurna,
maka tidak mungkin ada yang tidak bisa dijelaskan oleh agama. Mungkin kita saja
yang tidak tahu ataupun kurang memahami karena terkadang kita mempelajari agama
di permukaan. Kita tidak menjelajahi tafsir, sunah, dan hadist.
Dalam satu kesempatan, dijelaskan tentang
penyerbukan dalam Alquran, surat Al-Hijr ayat 22, Allah berfirman "Dan
Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)...". Jika
satu peristiwa demikian bisa dijelaskan maka pastinya peristiwa yang lainnya
pun pasti ada penjelasannya. Maka mulailah pencarian jawaban tentang manusia
praaksara dan Nabi Adam as. Hasilnya? Luar biasa....
Saya berpendapat justru agama adalah payung dari segala ilmu pengetahuan yang ada di dunia, baik ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan sosial. Lebih tegasnya lagi, agama adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini. Tidak ada satupun permasalahan yang tidak dapat dijelaskan oleh agama. Lantas mengapa dikatakan antara agama dan ilmu pengetahuan tidak dapat disatukan?
Salah satu jawabannya adalah KERAGUAN yang muncul dalam diri kita sendiri. Ketika kita mempertanyakan, tetapi kemudian kita meragukan bahwa jawaban itu ada pada agama maka disitulah kesalahan utamanya. Sebaliknya, jika sejak awal kita meyakini agama adalah sumber utama ilmu pengetahuan di dunia maka kita akan dapat menemukan jawaban dari setiap permasalahan yang ada, tentu saja ada yang menggunakan bantuan ilmu pengetahuan tersebut, ada juga yang langsung terjawab dalam kitab suci agama.
Manusia selalu memiliki rasa ingin tahu tentang segala hal. Naluri alamiah yang kemudian menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan. Semakin tinggi ilmu pengetahuan, tidak menjadikan ilmu pengetahuan itu sebagai dewa. Agama tetap merupakan sumber pengetahuan yang memiliki semua jawaban permasalahan di dunia. Jika kita sulit atau tidak menemukan jawabannya dalam kitab suci, haruslah kita sadari bahasa dalam kitab suci adalah bahasa wahyu yang memiliki keindahan kalimat. Tidak secara eksplisit disebutkan namun ada juga yang langsung terjawab. Jikapun tidak terjawab langsung, bukanlah berarti tidak ada. Karena mempelajari agama haruslah bersifat holistik, menyeluruh. Ada tafsir, hadist, dan sunah yang memperjelas apa yang mungkin tidak dijelaskan secara rinci dalam kitab suci.
Dengan demikian, kunci utamanya adalah keyakinan dalam diri manusia itu sendiri terhadap agama sebagai sumber segala ilmu pengetahuan di dunia. Keragu-raguan hanya akan membawa manusia masuk ke dalam zona anti Tuhan yang mereka ciptakan sendiri. Dan bukanlah ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Baqarah ayat 2? Bertakwalah maka tidak akan ada keraguan dan selalu ada petunjuk bagi mereka....
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa

Tidak ada komentar:
Posting Komentar