Minggu, 24 November 2019

Revolusi Industri 4.0 Versus Sosial 5.0, Mampukah Kita Menghadapinya?

Rasanya baru kemaren kita mendengar Revolusi Industri 4.0 didengungkan. Sekarang, kita sudah harus berhadapan dengan Society 5.0 yang dicetuskan pertama kali oleh Jepang. Apa sih bedanya Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0? Dan apa pengaruhnya untuk kita, sampai kemudian muncul tantangan untuk bersiap dalam menghadapinya?

Revolusi Industri 4.0 mengacu pada tahapan perkembangan industri yang dimulai sejak ditemukannya mesin uap oleh James Watt dan mendorong munculnya Revolusi Industri dan menjadi titik awal Revolusi Industri 1.0. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat mendorong penemuan listrik yang menggantikan tenaga mesin uap dan membawa kita pada Revolusi Industri 2.0. Pabrik-pabrik menggunakan listrik untuk menggerakan mesin-mesin mereka. Selanjutnya, kita memasuki Revolusi Industri 3.0 yang mengganti tenaga manusia dengan tenaga robot. Bisa dibayangkan ratusan juta tenaga manusia tergantikan oleh mesin-mesin robot yang bisa bekerja lebih cepat. Produksi industri pun berkembang pesat. Kini, kita telah memasuki era Revolusi Industri 4.0 dimana teknologi digital menjadi sangat penting dalam kegiatan industri dan kehidupan sehari-hari manusia. Dengan teknologi digital, bisa saja sebuah perusahaan tidak lagi memerlukan pabrik ataupun kantor sebagai tempat berinteraksi. Internet menjadi penyambung dan penyimpan data yang luar biasa. Kita cukup membeli satu komputer canggih yang akan melakukan pekerjaan kita, bahkan tanpa perlu bertatap  muka. Inilah kelebihan dari Revolusi Industri 4.0 yang mengedepankan teknologi digital sebagai kunci utama kesuksesannya.

Bagaimana dengan Society 5.0? Nah, perbedaan mendasar Revolusi Industri dan Society ini terletak pada subjek utamanya. Revolusi Industri mengutamakan pekerjaan berbasis teknologi, sedangkan Society 5.0 mengutamakan manusia sebagai subjek utamanya.

Society 5.0 merupakan tahap lanjutan dari revolusi sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia sejak masa praaksara. Ketika awal manusia masih berburu dan meramu merupakan tahap Society 1.0. Kemudian berlanjut dengan tahap Society 2.0 ketika manusia sudah mulai bercocok tanam. Di saat industri berkembang pesat maka kita pun memasuki tahap Society 3.0. Dan bersamaan dengan Revolusi Industri 4.0 maka kita pun memasuki Society 4.0 yang mengutamakan penggunaan teknologi komputer. Akan tetapi, ketika Revolusi Industri 4.0 berhenti maka Society terus berkembang dengan mengintegrasikan kemampuan manusia menggunakan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari. Mengintegrasikan artinya menyatukan penggunakan teknlogi digital ini dalam kehidupan sehari-hari.

Pernah dengar ketika kamu lupa menutup pintu rumah, kamu tidak perlu khawatir dan buru-buru kembali ke rumah untuk mengecek dan menutup pintu rumah. Kamu cukup menggunakan teknologi digital, internet yang sudah terintegrasi di rumah untuk mematikannya. Luar biasa bukan? Ini lebih dari sekadar memasang CCTV di dalam rumah kamu. Teknologi IOT benar-benar sudah melekat dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita tinggal memainkan jari kita untuk menentukan hidup kita dimana pun berada.

Mustahilkah? Tidak! Jepang sebagai negara yang pertama kali mencetuskan Society 5.0 telah mencoba mengintegrasikan teknologi digital ini dalam kehidupan sehari-hari. Pernah dengar bagaimana Jepang membuat robot sebagai pengganti asisten rumah tangga atau bahkan sekadar teman bercakap-cakap? Luar biasa bukan? Kini Jepang kembali berinovasi dengan lebih mendekatkan penggunaan teknologi tersebut, menghapus batas antara teknologi dan manusia dengan tetap mengedepankan manusia sebagai kontrol utamanya. Society 5.0 mencoba untuk mempermudah kehidupan manusia dengan penggunaan teknologi tersebut, seperti AI, IOT, drone, dan segala hal yang berkaitan dengan teknologi.



Duh, ga takut kalo nanti bakal jadi macam Terminator, Matrik, atau Star Wars nih dunia kita? Ketika manusia justru diperbudak oleh teknologi. Robot-robot cerdas berkuasa dan manusia menjadi budaknya. Nah, film-film seperti itu seharusnya menjadi pembelajaran bagi kita. Jangan hanya sekadar menonton. Penggunaan teknologi yang tidak bertanggung jawab mungkin saja akan membawa malapetaka bagi manusia yang menciptakannya atau bahkan umat manusia. Oleh karena itu, sekali lagi nih.... pentingnya pendidikan karakter yang akan membentuk pribadi manusia yang manusiawi supaya mampu bertanggung jawab untuk setiap perbuatannya.

Jika Society mengedepankan manusia sebagai subjek yang akan mengontrol teknologi ciptaannya. Sekalipun sampai pada tahap 5.0, Society tetap meletakan manusia sebagai aktor utama. Hal berbeda dengan Revolusi Industri yang justru meletakan teknologi sebagai aktor utamanya. Nah, kamu pilih yang mana nih? Jadi bagian Revolusi Industry 4.0 atau Society 5.0?

Jangan lupa loh, yang namanya teknologi itu dari jaman eh jamannya dulu selalu menuntut penggunaan yang bertanggung jawab dari manusia sebagai penciptanya. Masih ingat bagaimana Einstein menangis ketika rumus energinya digunakan sebagai dasar pembuatan bom atom yang akhirnya digunakan untuk mengakhiri Perang Dunia II? Atau coba saja tengok bagaimana perkembangan teknologi pada masa Perang Dingin berlomba-lomba tetapi pada akhirnya mereka juga yang menciptakan perjanjian-perjanjian pembatasan senjata dalam SALT? Artinya.... dalam diri manusia yang menciptakan teknologi senjata itu pun ada kekhawatiran akan penggunaan teknologi senjata mereka yang bisa saja merugikan umat manusia, termasuk mereka sendiri.

Jadi kesimpulannya? Secanggih apapun teknologi yang diciptakan, tetap saja semua akan bergantung pada karakter manusia yang mencipta dan menggunakannya. Ilmu boleh saja tinggi, tetapi moral manusia harus tetap dijaga. Jadilah manusia yang sesungguhnya....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SaKaSaKu (Satu Kelas Satu Buku), Aksi Nyata Meningkatkan Budaya Literasi Siswa dengan Merdeka Belajar

 Salam Guru Penggerak! Tak terasa modul 3.3 dari Program Pendidikan Guru Penggerak sudah hampir selesai dipelajari. Tersisa dua penugasan la...