Senin, 25 November 2019

Menjadi Guru yang Tidak Gurumusuh

Selamat Hari Guru untuk semua guru di mana pun berada. Tidak hanya terbatasi guru yang berada di dalam ruang kelas, tapi juga mereka yang telah mendidik, mengajarkan tentang kehidupan.... Mereka yang sudah menjadi guru kehidupan.

Siapakah Guru sebenarnya? Tentu saja mengacu pada mereka yang berdiri di depan kelas dan menyampaikan materi pada siswa siswinya. Padahal, guru tidaklah terbatas di ruang kelas.

Dalam konsep sosiologi, kita mengenal beberapa tahapan perkembangan anak. Dimulai dari tahap Prepatory Stage, Play Stage, Game Stage, hingga Generalizing Stage. Seorang anak yang baru dilahirkan tidak akan tiba-tiba menjadi jenius begitu saja. Dia harus belajar berjalan, bicara, dan siapakah yang berperan menjadi gurunya? Tentu tidak mungkin mereka yang baru lahir sudah disekolahkan bukan? Orangtua, terutama ibulah yang akan mengambil peran guru bagi anak-anak mereka itu. Mereka mempersiapkan anak-anak mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Mempersiapkan mereka agar mampu menjalani kehidupan barunya di dunia.

Selanjutnya, mereka akan memasuki tahap Play Stage. Mereka mulai belajar meniru perilaku orang-orang di sekelilingnya, terutama orangtuanya. Anak akan menduplikat perilaku orangtuanya disadari ataupun tidak. Oleh karena itu, orangtua haruslah memberikan contoh yang baik dalam interaksinya dengan anak dan anggota keluarga lainnya. Mulai dari cara berbicara, cara bersikap, hingga berpikir sederhana. Peran orangtua sebagai guru pada tahap ini luar biasa. Dapat kita simpulkan, orangtua menjadi guru bagi anaknya tanpa batasan waktu dan ruang.

Tahap Game Stage adalah ketika anak mulai dapat menemukan pilihan dirinya sendiri. Keinginan untuk menjadi dirinya sendiri, sudah dapat memutuskan untuk dirinya sendiri akan seperti apa. Tahap ketika tingkat egoisme seorang anak begitu tinggi. Orangtua harus bermain tarik ulur dengan anak-anaknya. Mereka tidak lagi mengekor orangtua, tetapi sudah menemukan teman sepermainannya yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan perilakunya. Orangtua sebagai guru harus belajar bagaimana menempatkan dirinya agar anak-anak tetap dekat dengan mereka. Tidak beralih pada teman sepermainan mereka. Egois adalah salah satu yang harus dipahami dan ditaklukkan.

Terakhir adalah tahap Generalized Stage, yaitu tahap ketika anak mulai mampu berpikir kritis, mampu menyesuaikan dirinya dalam masyarakat dengan nilai dan norma yang berlaku. Eksistensi dirinya dalam masyarakat sangat diperlukan.

Nah, dari keempat tahap perkembangan anak, kita dapat melihat posisi guru di sekolah dengan posisi orangtua di rumah. Orangtua berada pada setiap tahap yang berjalan, atau minimal tiga tahap awal. Sementara guru di sekolah mulai berperan pada tahap kedua dan ketiga. Dengan demikian, pantaslah orangtua kita sebut sebagai guru.... guru kehidupan....

Orangtua sebagai guru tentu saja tidak harus membuat perangkat pembelajaran, media pembelajaran, sampai hitung menghitung nilai rapor. Orangtua tidak dibebani dengan segala administrasi tersebut, tetapi ingatlah bahwa pertanggungjawaban orangtua dalam mendidik anaknya itu adalah pada Ilahi....

Rumah menjadi sekolah pertama untuk seorang anak. Orangtua adalah guru di sekolah tersebut. Keluarga adalah lingkungan sekolah yang tercipta. Dari sinilah seorang anak muncul dengan segala perilakunya. Maka ketika terjadi masalah, keluarga, orangtua akan menjadi pihak pertama yang ditanyakan.

Bagaimana dengan guru di sekolah? Guru di sekolah melanjutkan pola didik orangtua di rumah, tapi ingatlah bahwa karakter anak sudah mulai terbentuk. Inilah yang terkadang membuat kita sulit mendidik anak di sekolah. Melanjutkan pola didik anak-anak yang beragam adalah luar biasa. Belum lagi dengan tuntutan administrasi dan peningkatan kompetisi sesuai perkembangan jaman. Guru bukan hanya harus belajar untuk menyiapkan materi ajarnya, tetapi juga untuk bergelut dengan administrasi dan peningkatan kompetisi dirinya.

Di era millenial atau masa Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 ini, jika tidak mampu beradaptasi maka kita akan tertinggal. Generasi Z yang berkembang di era milenial memiliki gap, jarak dengan kita. Mereka memilki kemampuan teknologi yang cukup baik. Kemajuan teknologi diikuti pula dengan pengaruh luar biasa dari media yang mengubah pola pikir generasi muda milenial, ada yang negatif tetapi banyak juga yang positif. Disinilah pentingnya proses belajar sebagai guru. Kita sebagai guru tidak bisa egois, terkadang kita pun perlu belajar dari anak murid kita.



Pernah nonton film Freedom Writer? Lean on Me? Blind Side? Take The Lead? Coba deh sesekali dicari dan tontonlah. Film jadul tapi menginspirasi sekali. Bukan karena ada aktor ganteng Antonio Banderas, aktor keren Anthony Hopkins dan Morgan Freeman, atau si cantik Hillary Swank loh. Tapi semua diambil dari kisah nyata pengalaman seorang guru dan orangtua. Apa persamaannya? Mereka bekerja dengan hati. Yang keras ataupun lembut tetap menggunakan hati, ketulusan dan kasih sayang.

Saya pikir tak ada yang lebih relevan dari ketulusan hati dalam mengajar. Apapun jamannya, apapun model pembelajarannya, siapapun muridnya, bagaimanapun kebijakannya. Menjalaninya dengan hati akan membuatnya menjadi lebih mudah. Maka jadilah seorang  guru yang tidak gurumusuh.

Setiap kali mengajar, saya suka menyebar angket untuk mereka. Tak perlu nama tak perlu kelas. Untuk sekadar instropeksi diri dalam mengajar. Kita bisa tersenyum-senyum membacanya. Ada yang lelucon tapi banyak juga yang serius dan dapat dimasukan sebagai bahan instropeksi di semester mendatang.

Soo, berbahagialah menjadi seorang guru.  Selain Anda adalah guru di rumah bagi anak-anak, Anda pun guru bagi mereka yang telah mengamanahkan pendidikan anak-anaknya di sekolah tempat Anda mengajar. Anda memiliki kesempatan belajar di sekolah dari mereka, untuk anak-anak Anda di rumah.

Sekali lagi, selamat Hari Guru....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SaKaSaKu (Satu Kelas Satu Buku), Aksi Nyata Meningkatkan Budaya Literasi Siswa dengan Merdeka Belajar

 Salam Guru Penggerak! Tak terasa modul 3.3 dari Program Pendidikan Guru Penggerak sudah hampir selesai dipelajari. Tersisa dua penugasan la...